Susan carland, adalah seorang muslimah yang hebat
berat. Bagaimana tidak, cacian yang ia terima malah berbuah sedekah atau donasi.
Akademisi
muslimah asal Australia ini menghadapi para haters (pembenci) di jejaring
sosial Twitter engan menyumbang uang sebesar US$ 1 untuk setiap cacian yang ia
terima dari para hatters. Sejak memulai sumpahnya tersebut Susan tercatat sudah
menyumbangkan uang lebih dari US$ 1.000. ukuran yang relatif wow untuk sekarang
ini. Jika di rupiahkan, angka tersebut kurang lebih sebesar 15 juta.
"Saya khawatir pelan-pelan ini akan membuat saya
bangkrut," demikian ucapnya sambil setengah berkelakar.
Sumbangan yang ia kumpulkan ini bukan seluruhnya ia
sumbangkan ke badan-badan muslim maupun non muslim. Tercatat organisasi PBB,
UNICEF menjadi organisasi paling banyak menerima donasi dari muslimah ini.
Dirinya yakin dengan menyalurkan sumbangannya ke lembaga ini takkan banyak
orang yang protes upayanya membantu para anak di seluruh dunia.
Tindakan wanita yang pernah meraih penghargaan Muslim Australian of The Year ini dilakukan karena
dia melihat begitu banyak kata-kata kebencian yang tersebar di dunia ini. Apalagi dengan maraknya sosial media dengan keterbatasan interaksinya sekarang ini,
seakan-akan meneyediakan orang-orang untuk menumpahkan segala unek-unek maupun
sumpah serapahnya dengan sangat bebas. Setiap pengguna media soasial jadi sangat merdeka mencaci
sana-sini akan semua hal yang tidak ia sukai. Tak mau situasi ini terus terjadi, Carland berpikir untuk mengubah
kata-kata cacian menjadi tindakan terpuji.
"Saya berpikir, hal
baik apa yang bisa saya lakukan? Apa antitesa lengkap dari tindakan orang-orang
ini? Mereka terlalu banyak berbicara hal-hal buruk ke dunia," kata
Carland.
Carland mungkin termotifasi
dengan rosulullah, manusia paling mulia di muka bumi ini nyatanya tidak pernah
membalas hujatan, cacian bahkan kekerasan fisik dari paraf penentangnya dengan
hal serupa. Bagaimana saat ia di caci ia membalasnya dengan do’a, pertolongan
atau hal-hal positif lainnya.
Saya paing ingat cerita saat
salah satu petinggi quraisy mekkah melemparinya dengan batu, meludahinya dan
puluhan tindakan melecehkan setiap kali rosululloh hendak melaksanakan sholat.
Ia diam saja. Saat petinggi quraisy itu tiba-tiba sakit keras, rosululloh malah
menjenguknya.
Cerita yang tak kalah
mengharukan lainnya adalah pelayanan yang di berikan oleh rosululloh kepada
seorang perempuan buta di pojok pasar. Setiap pagi dan sore rosulullah
menyempatkan diri menyuapi perempuan yahudi itu, meski setiap kali ia
mendatangi perempuan itu, perempuan itu justru mengajak menjelek-jelekkan
rosululloh. Perempuan itu tak tahu bahwa yang menyuapinya selama ini adalah
rosululloh sendiri. Orang yang selalu ia caci maki setiap hari.
Demikian seharusnya
perilaku setiap muslim. Ia tak pernah membalas keburukan dengan keburukan,
walau sebenarnya itu boleh di lakukan.