Beberapa hari belakangan ini semua media cetak, elektronik sampai media sosial ramai-ramai membahas soal benda kecil elastis bernama kondom. Padahal kondom belum tentu membahas kita. Tak pelak pembicaraan sensitif semacam ini langsung menjadi trending topic di mana-mana. Semua serasa inigin aktif berkomentar, serasa ingin urun rembuk.
Pemicunya apa kalau tidak Pekan Kondom Nasional (PKN) yang digelar pada tanggal 2 desember hingga 7 Desember 2013. Parahnya pekan kondom ini seakan melegalkan penggunaan kondom untuk masyarakat umum tanpa ada halangan, rasa malu atau tata krama. Jelas sudah setelah ini kondom menjadi barang yang sangat umum. Bahkan kita bisa membeli kondom di lapak-lapak toko-toko kelontong seperti mudahnya anak kecil membeli permen.
Bagaimana kelanjutannya program menghebohkan dari bu menteri Nafsiah Mboi ini? Dengar-dengar setelah release beberapa hari saja sudah banyak menuai kecaman. Dengar-dengar juga program ini akan di tunda atau bahkan di batalkan.
Saya mengira Bu menkes hanya cari-cari sensasi bukan cari solusi. Ingin meninggalkan program yang akan mengenang namanya sebagai menkes seperti halnya Siti Fadilah Supari yang amat terkenal karena program Jamkesmas nya. Namun apakah Bu Napsiah tahu bahwa banyak fakta mengejutkan di balik penggunaan kondom ini? Apakah dia tahu kelemahan-kelemahan kondom dan seberapa efektif alat itu untuk mencegah penularan HIV AIDS? Saya kira dia sudah tahu. Masalahnya bu menkes belum tahu kalau masyarakat sudah tahu atas kekurang efektifan penggunaan kondom bagi orang-orang yang beresiko.
Awal mula diciptakannya kondom adalah untuk alat kontrasepsi yaitu mencegah terjadinya kehamilan yang tidak di inginkan demi mencegah ledakan penduduk. Belakangan tujuan itu semakin bergeser ke arah untuk menghindari penyakit kelamin menular seperti gonorhoe/ kencing nanah, raja singa dan penyakit tanpa obat semacam AIDS.
Namun alih-alih menghindarkan orang dari penyakit AIDS penggunaan kondom justru menularkan AIDS ini ke orang lain yang bersih. Kenapa?
Mari kita tanyakan Prof. Dr. Dadang Hawari, psikiater kondang yang telah lama punya jam terbang tinggi sebagai pengamat masalah-masalah sosial yang sedang terjadi di Indonesia. Beliau mengomentari atas pernyataan bu menkes bahwa kondom sekarang sama sekali tidak berpori, karena itu sangat aman digunakan untuk mencegah virus HIV ataupun kehamilan.
“Saya bisa pastikan salah besar! Karena kondom dibuat dari latex, berarti berserat berpori-pori. Kalau tidak berserat dan tidak berpori-pori itu dari plastik. Ukuran pori-porinya 1/60 mikron, kecil sekali. Kondom dirancang untuk Keluarga Berencana, untuk mencegah sperma. Ukuran virus di banding sperma 1/450 kali lipat. Jadi virus HIV sangat kecil sekali di banding sperma yang bentuknya seperti kecebong itu.” Demikian kata psikiater kenamaan Indonesia itu seperti di kutif pada firmadani.com.
Beliau menambahkan, “Apalagi untuk HIV/AIDS! Sekarang kenyataannya, dengan menggunakan kondom ternyata semakin banyak pula yang terkena HIV/AIDS, padahal kampanye sudah bertahun-tahun, pengidap HIV/AIDS semakin banyak bukannya menurun.” Data terbaru menunjukkan,Pada Januari hingga Juni 2013 saja, diketahui jumlah openduduk Indonesia yang terinfeksi HIV mencapai 10.210 orang. 780 orang terinveksi AIDS dan 105 orang telah meninggal.
Prof Dr. Dadang Hawari pun mengungkapkan fakta yang sangat mencengangkan bahwa di Amerika, tingkat kebocoran kondom yang beredar di pasaran Amerika bocor sampai sepertiganya. Beliau mengungkapkan bahwa kesimpulan dari penelitian dari Badan POM di Amerika tahun 2005, tidak dikampanyekan lagi kondom karena kondom itu mulai gagal.
Bukti Ilmiah Kegagalan Kondom
Pernyataan pakar psikologi Indonesia ini bukannya asbun saja. Pernyataan tersebut benar-benar di dukung oleh banyak penelitian ilmiah, seperti pada contoh berikut ini
- Virus HIV/AIDS bisa menembus kondom. Kondom yang beredar di pasaran 30% bocor. (Penelitian yang dilakukan oleh Cary, et. al (1992) dari Division of Pshysicial Sciences, Rockville, Maryland, USA)
- Efektifitas kondom diragukan. (Direktur Jenderal WHO, Hiroshi Nakajima, 1993)
- Tingkat keamanan kondom (bebas bocor) hanya 70% (Pernyataan J. Mann (1995) dari Harvard AIDS Institute)
- Kondom tidak aman. Ini karena Pori-pori kondom berdiameter 1/60 mikro. Itupun dalam keadaan tidak meregang, sedangkan jika kondom dalam keadaaan meregang, pori-pori tersebut bisa mencapai 10 kali lebih besar. Sedang virus HIV hanya berdiameter 1/250 mikron, Dengan demikian jelas bahwa virus HIV dapat dengan leluasa menembus kondom. ( Konferensi AIDS Asia Pasifik di Chiang Mai, Thailand (1995) )
- Pemeriksaan dengan menggunakan mikroskop elektron, dapat dilihat pori-pori kondom 10 kali lebih besar dari virus HIV, (Laporan dari majalah Customer Report (1995) )
- “Kami tidak dapat memberitahukan kepada kalayak ramai sejauh mana kondom dapat memberikan perlindungan pada seseorang. Sebab, menyuruh mereka yang telah masuk ke dalam kehidupan yang memiliki risiko tinggi ini memakai kondom, sama saja artinya menyuruh orang yang mabuk memasang sabuk kelehernya” (Pernyataan dari M. Potts (1995), Presiden Family Health Internasional, salah satu pencipta kondom mengakui antara lain bahwa). Rep. 12/11/95.
- Memberi kepercayaan kepada remaja atas keselamatan berhubungan seksual dengan menggunakan kondom adalah sangat keliru. Jika para remaja percaya bahwa dengan kondom mereka aman dari HIV/AIDS atau penyakit kelamin lainya, berarti mereka telah tersesat (Pernyataan dari V. Cline (1995), Profesor Psikologi dari Universitas Utah, Amerika Serikat). Republika. 12/11/95.
- “Bertahun-tahun mengikuti ancaman AIDS dan pengguna kondom, mengancam mereka yang telah menyebarkan save sex sama saja dengan mengundang kematian”. Ia lebih menganjurkan agar risiko penularan HIV/AIDS dihentikan dengan cara menghindari hubungan seksual diluar nikah (Pernyataan pakar AIDS,R.Smith,1995 ) Republika.12/11/95
- Kondom tidak melindungi seorang dari ketularan virus HIV/AIDS. cara terbaik agar terhindar dari virus HIV/AIDS adalah abstinentia atau tidak melakukan hubungan seks di luar nikah. (Seruan Gereja Katolik, Vatikan )
- Virus HIV/AIDS dapat menembus dinding kondom, kecilnya virus HIV 1/450 lebih kecil dari sperma saja masih bisa menembus lapisan kondom, apalagi virus HIV. ( Alfonso Lopez Trujillo (2003) seorang kardinal senior dari Vatikan )
- Kampanye kondom sama saja kampanye rokok, bahanya sama. Hal ini sesuai dengan Vatikan’s Pontifical Council for Familiy yang menyerukan kepada pemerintah agar tidak menganjurkan pemakaian kondom kepada rakyatnya ( Gordon Wambi, aktivis AIDS,2003 )
- Kondom membantu penularan penyebaran HIV/AIDS. Sejak kondom mudah diperoleh, penyebaran virus HIV/AIDS menjadi semakin pesat melesat, ( Archbishop of Nairobi, Raphael Ndingi Nzeki, 2003).
- Di Indonesia pada 1996 yang lalu kondom yang diimpor dari Hongkong ditarik dari peredaran karena 50% bocor.
- Kondom terbuat dari latex yang peka terhadap sinar (matahari dan lampu), oksigen dan kelembaban.
- Umur pakai kondom hanya 5 tahun. Dikhawatirkan, banyak kondom yang diimpor dari luar negeri yang melewati batas waktunya.
Dari banyaknya fakta-fakta ilmiah maupun penelitian-penelitian yang dilakukan oleh orang-orang ahli dalam bidang kesehatan itu kiranya hanya ada satu kesimpulan yang pantas disematkan pada penggunaan kondom bahwa.
Kondom itu untuk sperma bukan untuk virus yang sangat kecil seperti HIV.
Fakta ini benar-benar tidak terbantahkan!
Mojokerto, 05 Desember 2013
0 komentar :
Post a Comment
Please Comment Bellow, As:
@ Appreciation-Support
@ Criticism-Answers
@ Blog Walking- No Spam
Thank....