WELCOME TO THIS WEB

Selamat menikmati Info, Lengkap, unik dan menarik di sini

ONLY THERE!

Anda mendapatkan Berita, Pengetahuan, Hiburan dan Keceriaan Sekaligus

DON'T BE AFRAID !

Jangan Kuatir, Saya Sangat Memperhatikan Kredibilitas Semua Konten.

GO SHARE !

Semua Karena Semangat Berbagi, Semangat memberi Manfaat

DONT FORGET IT !

Tinggalkan Komentar,Like, Follow ya....Terimakasih untuk kunjungannya

Monday 31 December 2012

Irit Pangkal Kaya





!rit bukanlah aib. !rit juka bukan menggambarkan seseorang itu pelit. !rit hanyalah usaha untuk mengurangi segala sesuatu yang tidak perlu untuk dipindahkan ke hal-hal yg lebih prioritas.

!rit bisa disinonimkan dengan hemat. Jadi irit termasuk kata yang positif aktif. Coba saja kalau kata hemat tidak ditemukan di muka bumi, maka kata irit sangat klik untuk mensubsitusikan. Jadi pepatah positif semacam irit pangkal kaya menjadi sesuatu yang tidak aneh terdengar telinga.

Namun coba liat apa yang terjadi sekarang. !rit menjadi sangat identik dengan keterbelakangan dengan kental aroma pendiskriditan. Seperti di dalam frase irit bicara, irit senyum, irit Action, yang kira-kira semua bermakna kurang.

Sejatinya irit membuat seseorang mengontrol diri agar tak terjerumus dalam kategori boros. Kenapa kontrol? Kenapa juga boros? Karena kecenderungan seseorang itu mengetahui bahwa boros itu tidak baik tapi masih juga dilakukan. Bahkan ada yang sangat menikmati perilaku ini. Kemudian penyasalan akan datang belakangan saat tagihan listrik, air, cicilan rumah, mobil dan kartu kredit menunggu untuk dilunasi. seharusnya secara naluriah orang akan berperilaku irit dari pada boros, seperti halnya orang lebih menyukai motor full injection yang irit bensin dari pada yang tidak.

Ada yang berprinsip irit adalah sebuah perintah dan saya sepakat dengan ajaran ini karena sulit sekali menghindari boros kalau tak ada paksaan berupa perintah untuk menjauhinya. Seperti halnya negara-negara Eropa sekarang ini yang sedang dilanda krisis. Para pemimpinnya memerintahkan agar adanya pengetatan anggaran belanja, pemotongan gaji pegawai dan kebijakan-kebijakan tak populis lainnya. Ini semua bertujuan mengirit kas negara masing-masing agar negara tidak kolaps akibat neraca keuangan yang amburadul. Sama halnya para pemimpin Eropa. Para suamipun yang memerintah istrinya agar mengurangi belanja lipstiknya, mengurangi belanja pakainnya demi menambah belanja kebutuhan dapur agar terus mengepul. Ini semua karena yang akan disalahkan adalah suami jika para istri merasa kurang nafkahnya. Benar atau benar sekali?

Ngomong-ngomong masalah nafkah, Ada statemen menarik buat para suami sang pencari nafkah yang di uapkan motivator standart nasional, Mario Teguh, bahwa janganlah belajar mengurangi pengeluaran (irit), namun belajarlah menambah pemasukan. Ini berarti jika pemasukan bertambah pengeluaranpun seharusnya bertambah. Artinya seseorang tak perlu irit ketika pendapatnnya besar. Saya langsung tunjuk tangan, tanda kurang sepakat.

Saya lebih sepakat irit harus selalu diterapkan dalam segala kondisi. Tak pandang orang itu kaya atau miskin. Tak pandang sebuah negara itu kaya atau miskin. Negara semacam Arab saudi, Qatar, Kuwait, dan Iran yang mempunyai cadangan minyak berlebih harusnya sama iritnya dengan negara miskin sekelas Somalia, Etiopia dan Zimbabwe. Kenapa? Agar negara yang miskin minyak bisa di bantu oleh negeri-negeri kaya itu. Demi kelangsungan hidup bersama.

 Yang kaya bisa memenuhi kebutuhan yang miskin. Inilah poinnya saudara-saudara. Bahwa yang kaya pun harus irit supaya dia bisa berderma lebih banyak. supaya harta yang ia miliki menjadi lebih berarti di tangan yang membutuhkan. Disinilah sifat boros baru mubah di lakukan.  Boros dalam berderma.

Lalu bagaimana dengan perayaan tahun baru nanti kawan? Apakah prinsip irit yang akan menang, ataukah pemborosan justru mendominasi? Mumpung masih agak lama, mari berfikir ulang dengan kepala segar, sesegar gerimis yang turun belum lama tadi.

Selamat tahun baru masehi 2013, bagi yang merayakan maupun tidak. Semangat Irit!


Bumi mahapatih 311212

Saturday 1 December 2012

Menunda Tugas, Menunda Sukses


Jika saja Thomas alfa edison menunda penelitian setelah beberapa ujicobanya gagal, mungkinsaja dunia sekarang masih gelap. Hanya diterangi minyak lampu dan bulan gemintang saja. Namun tidak, edison muda memilih gigih meneruskan penelitiannya untuk menemukan bohlam lampu. Saat ujicobanya gagal,ia coba kembali, gagal langsung di coba lagi, gagal lagi, coba lagi, begitu seterusnya. sama sekali ia tak pernah menunda pekerjaanya. dan akhirnya Tuhan pun tak menunda kesuksesannya.
Sungguh jurus menunda telah lama menjadi andalan. Sebagian dari kita penundaan menjadi alasan untuk tidak melakukan sebuah tugas tepat waktu. Murid menunda belajar, karyawan menunda rapat, mahasiswa menunda skripsi dan penundaan penundaan yg lain. Secara tak sengaja penundaan telah sangat akrab dengan kehidupan manusia sekarang ini.
Kata murid murid. 'Sudahlah kita maen game dulu, PR-kan bisa di kerjakan besok pagi atau nyontek temen-temen saja'. Kata mahasiswa ' Masak kita di DO gara gara skripsi ditunda? Lagian kampus kan seneng aku terus jadi mahasiswa?'  Kata karyawan, ' Kerjaan bisa di tunda dulu, kalo sudah deket deadline pasti beres.'
Padahal sebuah penundaan pasti akan diikuti dengan penundaan yang lain. Coba saja kalau tak percaya. Murid yang menunda PR akan menunda belajarnya. Mahasiswa yg menunda skripsi akan menunda lulusnya. Karyawan yang menunda rapat akan tertunda pula insentive-nya.
Sebuah pekerjaan, tugas atau kewajiban hasil penundaan mungkin akan selesai,  namun hasil dari pekerjaan ini pastilah tak semaksimal jika dikerjakan tepat waktu. Terburu-buru kuncinya. Segala hal akan ada batas waktunya. Jika penundaan semakin mendekati batas akhir pasti hasilnya sulit mencapai kualitas yang baik. Anda para muslim dianjurkan sholat tepat waktu, namun karena ditunda dengan alasan waktu masih ada, pasti sholat akan dikerjakan cepat-cepat dan tak focus, Lalu khusyukkah sholat anda? Kualitasnya menurun, bukan? Mesti anda telah selesai mengerjakan, namun kesannya akan seperti menggugurkan kewajiban saja.
Padahal menunda itu sebenarnya tidak mengenakkan, lo.... Misalnya ketika anda menunngu keberangkatan pesawat, namun karena suatu sebab, keberangkatan harus delay. Apa coba tanggapan anda? Misalnya anda cepat-cepat mau mengambil uang tiba-tiba mesin ATM tidak bisa difungsikan, apa coba reaksi anda? Kalau tuhan ternyata menunda anda mendapat rejeki, duit misalnya, anak misalnya. anda pasti kesal bukan?
sudahlah, sungguh tak pernah ada manfaatnya menunda kewajiban. Alasan-alasan waktu masih banyak dan Belanda masih jauh mari di usir secara bersama-sama dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Kuncinya ada tiga, now, now dan now. Sekarang, sekarang dan sekarang. Mark Twain, seorang penulis kenamaan, pernah berujar, ‘Jangan kau tunda sampai besok, sesuatu yang bisa anda kerjakan sekarang. Nabi Muhammad lebih ekstrem lagi, dalam sebuah perkataan Muhammad berujar, setelah selesai mengerjakan satu pekerjaan segeralah lakukan pekerjaan lainya. Bukan hitungan hari lagi. Tapi sudah hitungan menit bahkan detik.
Diceritakan ada seorang pemadam kebakaran yang mempunyai hobi menunda. setiap ada pekerjaan selalu saja ia tunda. Misalnya ketika dia ingin punya istri, Ia tunda dulu setelah mapan. Akhirnya setelah ia merasa mapan, ia dapat jodoh janda berusia agak senja dan berwajah agak mengecewakan.
Setelah menikah, tentu saja istrinya ingin segera punya anak, pemadam kebakaran itu kembali menundanya karena masih ingin bulan madu dan menikmati masa-masa berdua dua saja. Saat ia merasa sepi tanpa kehadiran anak, ia hanya bisa adopsi karena istrinya sudah kadung menopause.
Sebagai pasangan normal mereka tentu sangat mendambakan sebuah rumah. Namun lelaki itu bilang pada istrinya kalau mereka lebih baik mengontrak rumah dulu, Menurutnya percuma beli rumah kecil. Ia ingin sekali punya rumah satu, mewah dan besar. Pada akhirnya ia hanya bisa mengontrak dan mongontrak sebuah rumah karena harga rumah sudah keburu mahal.
Pada suatu hari ada sebuah apartmen terbakar. dengan afak malas pemadam kebakaran itu, mendatangi apartemen yang sedang terbakar hebat itu. Setelah sampai, ia tak langsung menyiapkan peralatan pemadaman. Ia hanya bengong melihat api yang mulai membesar dan membakar lantai enam apartemen itu. Melihat tingkah laku petugas, sang pemilik gedung gemas. Tak lama kemudia dengan wajah panik dan kesal, pemilik gedung itu menegur sang pemadam. “Hei! Apa yang anda tunggu, apa anda tidak lihat api sudah semakin besar!  Ayo, segera padamkan!”
Dengan masih memperhatiakan gedung yang terbakar, sang pemadam dengan santainya berkata “Tidak kah bapak lihat, api masih membakar lantai enam. Itu masih terlalu jauh bagi saya. Tunggulah sebentar, sampai api itu sampai ke lantai dua. Alat penyemprot air saya pasti sudah bisa menjangkau api itu.” Lelaki itu pun dengan bersiul-siul meninggalkan san pemilik toko yag sedang berdiri kaku terbengong-bengong.

bumi maha patih, 30 10 12