Jika saja Thomas alfa edison menunda
penelitian setelah beberapa ujicobanya gagal, mungkinsaja dunia sekarang masih
gelap. Hanya diterangi minyak
lampu dan bulan gemintang saja. Namun tidak, edison muda memilih gigih
meneruskan penelitiannya untuk menemukan bohlam lampu. Saat ujicobanya gagal,ia
coba kembali, gagal langsung di coba lagi, gagal lagi, coba lagi, begitu seterusnya. sama
sekali ia tak pernah menunda pekerjaanya. dan akhirnya Tuhan pun tak menunda
kesuksesannya.
Sungguh jurus menunda telah
lama menjadi andalan. Sebagian dari kita penundaan menjadi alasan untuk tidak
melakukan sebuah tugas tepat waktu. Murid menunda belajar, karyawan
menunda rapat, mahasiswa menunda skripsi dan penundaan penundaan yg lain. Secara tak
sengaja
penundaan telah sangat akrab dengan kehidupan manusia sekarang ini.
Kata murid murid. 'Sudahlah kita maen game
dulu, PR-kan
bisa di kerjakan besok pagi atau nyontek temen-temen saja'. Kata mahasiswa ' Masak kita di DO gara gara skripsi
ditunda? Lagian
kampus kan seneng aku terus jadi mahasiswa?' Kata karyawan, ' Kerjaan bisa di tunda dulu,
kalo sudah deket deadline pasti beres.'
Padahal sebuah penundaan
pasti akan diikuti dengan penundaan yang lain. Coba saja kalau tak percaya. Murid yang menunda PR akan menunda belajarnya. Mahasiswa yg menunda
skripsi akan menunda lulusnya. Karyawan
yang menunda rapat akan tertunda pula insentive-nya.
Sebuah pekerjaan, tugas atau kewajiban hasil
penundaan mungkin akan selesai, namun hasil dari pekerjaan ini pastilah
tak semaksimal jika dikerjakan tepat waktu. Terburu-buru kuncinya. Segala hal akan ada batas waktunya. Jika penundaan semakin mendekati batas
akhir pasti hasilnya sulit mencapai kualitas yang baik. Anda para muslim dianjurkan sholat
tepat waktu, namun karena ditunda dengan alasan waktu masih ada, pasti sholat akan
dikerjakan cepat-cepat dan tak focus, Lalu khusyukkah sholat anda? Kualitasnya menurun, bukan? Mesti anda telah selesai
mengerjakan, namun kesannya akan seperti menggugurkan kewajiban saja.
Padahal menunda itu
sebenarnya tidak mengenakkan, lo.... Misalnya ketika anda menunngu keberangkatan pesawat, namun
karena suatu
sebab, keberangkatan harus delay. Apa coba tanggapan anda? Misalnya anda cepat-cepat mau mengambil uang tiba-tiba mesin ATM tidak bisa difungsikan, apa coba reaksi
anda? Kalau
tuhan ternyata menunda anda mendapat rejeki, duit misalnya, anak misalnya. anda
pasti kesal bukan?
sudahlah, sungguh tak
pernah ada manfaatnya menunda kewajiban. Alasan-alasan waktu masih banyak dan Belanda masih jauh mari di
usir secara bersama-sama dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Kuncinya ada tiga, now, now
dan now. Sekarang, sekarang dan
sekarang. Mark Twain, seorang penulis kenamaan, pernah berujar, ‘Jangan kau tunda sampai besok, sesuatu yang bisa
anda kerjakan sekarang. Nabi Muhammad lebih ekstrem lagi, dalam sebuah perkataan Muhammad
berujar, setelah
selesai mengerjakan satu pekerjaan segeralah lakukan pekerjaan lainya. Bukan hitungan
hari lagi. Tapi sudah hitungan menit bahkan detik.
Diceritakan ada seorang
pemadam kebakaran yang mempunyai hobi menunda. setiap ada pekerjaan selalu saja ia
tunda. Misalnya
ketika dia ingin punya istri, Ia tunda dulu setelah mapan. Akhirnya setelah ia merasa
mapan, ia
dapat jodoh janda berusia agak senja dan berwajah agak mengecewakan.
Setelah menikah,
tentu saja istrinya
ingin segera
punya anak, pemadam kebakaran itu kembali menundanya karena masih ingin bulan madu dan menikmati
masa-masa berdua dua saja. Saat ia merasa sepi tanpa kehadiran anak, ia hanya bisa adopsi karena istrinya sudah kadung menopause.
Sebagai pasangan
normal mereka tentu sangat mendambakan sebuah rumah. Namun lelaki itu bilang
pada istrinya kalau mereka lebih baik mengontrak rumah dulu, Menurutnya percuma
beli rumah kecil. Ia ingin sekali punya rumah satu, mewah dan besar. Pada
akhirnya ia hanya bisa mengontrak dan
mongontrak
sebuah rumah karena harga rumah sudah keburu mahal.
Pada suatu hari ada sebuah
apartmen terbakar. dengan afak malas pemadam kebakaran itu, mendatangi
apartemen yang sedang terbakar hebat itu. Setelah sampai, ia tak langsung menyiapkan peralatan pemadaman. Ia hanya bengong melihat api yang
mulai membesar dan membakar lantai enam apartemen itu. Melihat tingkah laku petugas, sang
pemilik gedung gemas. Tak lama kemudia dengan
wajah panik dan kesal, pemilik gedung itu menegur sang pemadam. “Hei! Apa yang anda tunggu, apa anda tidak lihat api sudah semakin besar! Ayo, segera padamkan!”
Dengan masih memperhatiakan
gedung yang terbakar, sang pemadam dengan santainya berkata “Tidak kah bapak lihat, api
masih membakar lantai enam. Itu masih
terlalu jauh bagi saya.
Tunggulah sebentar, sampai api itu sampai ke lantai
dua. Alat penyemprot air saya pasti sudah bisa menjangkau api itu.” Lelaki itu
pun dengan bersiul-siul meninggalkan san pemilik toko yag sedang berdiri kaku
terbengong-bengong.
bumi maha patih, 30 10 12
0 komentar :
Post a Comment
Please Comment Bellow, As:
@ Appreciation-Support
@ Criticism-Answers
@ Blog Walking- No Spam
Thank....