Monday 14 October 2013

Anak-anak “Ndeso” di skuad garuda muda


skuad-garuda-muda-timnas-indonesia
Skuad muda merah putih
Siapa bilang orang desa tidak bisa berprestasi. Tinggal di daerah terpencil, jauh dari kota, nyatanya tidak menghalangi mereka untuk berprestasi di kancah nasional. Bahkan di level internasional sekalipun. 

Kalau masih minder, lihatlah mereka, Timnas Indonesia U-19 yang baru saja menjadi buah bibir karena berhasil memenangi piala AFF dan tembus babak Babak Final Piala asia 2013. Rata–rata Skuad U-19 berasal dari daerah. Kadang, daerah asal mereka jauh dari pemberitaan sehingga menyebut asal mereka seperti menyebut suatu daerah di ruang angkasa. Mungkin juga jika search di goggle map , anda tidak akan menemukan daerah itu. He2 

Sebut saja Ravi murdianto, penerus legenda-legenda kiper hebat Indonesia ini berasal dari daerah nun jauh di sana. Tepatnya di desa Tegowanu Kulon RT10, RW 01, jawa tengah. Suatu daerah entah ada entah tidak sinyal GPS. ^_^. Maldini Pali, bukan Paolo maldini yang pria Italiano itu. Maldini adalah seorang pria kurus keriting ini juga terlahir di ujung utara Indonesia yaitu di kabupaten Mamuju, Sulawesi barat. Setali tiga uang dengan dengan bek tangguh nan tak tergantikan Hansamu Yama pranata. Remaja ini terlahir di sebuah desa bernama Lengkong, mojoanyar, mojokerto. Daerah yang mungkin publik hanya mengenal patih Gajah mada dari pada seorang Bek tengah bernama Hansamu. 

Ada cerita menarik di balik skuad muda merah putih, namanya Yabes Roni Malaifani. Ia di lahirkan di sebuah pulau bernama alor, Nusa Tenggara Timur, kehiduan sehari-harinya sesungghnya lebih dari menyedihkan. Betapaun tidak, anak semuda itu sudah menjadi tulang punggung keluarga bagi ibu dan adiknya. Ayahnya telah meninggal beberapa tahun lalu, sehingga ia harus menjaga adeknya selagi ibunya melaut sebagai nelayan. Ia harus bekerja keras di sepak bola agar bisa membantu keuangan keluarganya yang mepet. Nasib serupa juga di alami striker sayap kiri lainya yaitu Ilham Udin Armayin. Sejak kecil ia telah ditinggal ayahnya meninggal. Ia lahir Desa Lelei, Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara. Bahkan Zulfiandi, si anak Aceh ini sempat tidak bisa membeli sepatu bola karena ketiadaan uang orang tuanya yang hanya sebagai sopir truk di sebuah daerah di serambi mekah sana. 

Sekali lagi mari kita lihat profil beberapa anggota skuad merah putih U-19. Namun kini mari kita telisik mengenai latar belakang permainan bola yaitu tentang klub yang mereka bela sebelum menjadi pemain U-19. Alangkah terkejutnya ketika tak ada nama-nama klub tenar Indonesia seperti Persib bandung, Persija Jakarta, Sriwijaya FC, Arema Indonesia, bahkan tak seorangpun garuda-garuda muda itu yang berasal dari juara bertahan ISL tahun lalu, Persupura Jaya pura. 

ilhamudin-armain-striker-timnas-U-19
Ilhamudin Armain. Sebelumnya
Siapa yang mengenal dia?
Justru yang ada adalah kluh-klub semenjana yang antah berantah. Ada beberapa yang membela klub divisi utama seperti Muklhis hadi dan M Fatkhurahman yang membela persekap pasuruan. Zulfiandi dari PSSB Beiren, Aceh dan Mohammad Syahrul dari Persinga, Ngawi . Bahkan ada beberapa pemain yang jangankan menembus divisi Utama, divisi 1 pun mereka tidak mampu menembusnya. Dialah Paolo Sitanggang yang membela Persid Jember. Beberapa lagi malah dicomot dari Sekolah sepakbola bernama diklat Ragunan, SSB itu menyumbang Ilhamudin Armain dan M Hargianto. 

Yang keren mungkin hanya klub asal Evan Dimas Darmono bermain, yaitu persebaya 1927, namun keikut sertaan klub ini di Liga primer Indonesia menjadikannya nama tenar itu seakan memudar, bagaimana tidak liga yang dulu di gadang-gadang menjadi alternatif kejuaraan sepak bola selain Liga super Indonesia ini, kini terbengkalai tak terurus. Semua itu akibat PSSI gabungan Johar arifin dan Lanyala mataliti sepakat rujuk kembali dan nampaknya mereka lebih memilih Liga super Indonesia sebagai kompetisi resmi PSSI. Selain itu adalah liga ilegal atau liga kasta kedua termasul LPI. Duh! Selain Evan dimas ada juga Hendra Sandi yang bermain untuk Klub LPI lainnya yaitu Persiraja banda aceh. 

Datang dari desa dan klub tidak terkenal , nyatanya tidak membuat mereka minder dan rendah diri. Lihatlah bagaimana mereka sangat percaya diri melawan lawan-lawannya di AFF maupun di ajang kualifikasi Piala Asia kemarin. Bahkan saat bertempur melawan Tim ginseng Korsel, sungguh mereka tidak Nampak seperti anak “ndeso” yang udik. Mereka dengan sangat percaya diri mengutak-atik bola. Tipu sana-sini dan berlari kencang melewati beberapa pemain korea layaknya maradona. Membuat para pemain ksatria taeguk ( julukan timnas korsel ) terperangah memble

Benar mungkin kata Tukul arwana, “meski wajah ndeso-tapi rejeki kuto.” Biar asal dari desa namun prestasi bisa melebihi orang kota, bahkan terbang melanglang buana ke luar Indonesia. Hingga harumnya semerbak ke mana-mana. Maju terus anak-anak desa garuda muda Indonesia. 

Bumi mahapatih, 151013

0 komentar :

Post a Comment

Please Comment Bellow, As:
@ Appreciation-Support
@ Criticism-Answers
@ Blog Walking- No Spam

Thank....