Monday 15 April 2013

Pesawat-Pesawat Pribumi yang Mendunia


                Kecelakan penerbangan Indonesia baru-baru ini telah ter-up to date oleh gagal mendaratnya Singa Udara atau pesawat Lion Air di bandara Ngurah Rai, Denpasar Bali, (13/4/2013). Pihak Lion air mengira bahwa ini terjadi karena cuaca buruk pada saat pendaratan. Namun beberapa pengamat penerbangan memperkirakan hal ini karena adanya sebuah human Eror yaitu kesalahan pilot sendiri yaitu M Ghozali. Karena itu pilot tersebut telah menjalani tes urine untuk mengetahui apakah pilot dalam kesadaran penuh atau sedang dalam pengaruh minuman keras atau narkoba.

                Hal ini cepat-cepat disanggah oleh manajemen Lion air, mereka mengklarifikasi bahwa pilot dalam keadaan sehat.Dijelasan pula bahwa pilot M Ghozali adalah salah satu pilot senior Lion Air dengan jam terbang tinggi ( sekitar 1200 jam terbang), sehingga faktor human error seharusnya menjadi sangat kecil. Baru-baru ini kecurigaan adanya kesalahan manusia dalam kasus Lion Air inipun di sangkal pula oleh hasil tes urine yang menyatakan bahwa di dalam tubuh M Ghozali tidak terkandung bahan alkoholik ataupun psikotropika.

                Publikpun bertanya-tanya kembali kenapa Lion air gagal mendarat? Setelah faktor human error mental muncul pertanyaan lain yaitu apakah pesawat Lion Air tidak layak terbang? Lagi-lagi pihak Lion air menyangkal, ini berdasarkan fakta bahwa pesawat ini berjenis Boeing 737-800 NZ baru saja di produksi setahun silam dan baru saja terbang 2 bulan saja. Mana mungkin pesawat sebaru ini bisa mengalami kerusakan mesin?

                Namun bila dirunut lewat pengalaman tebang Lion air, baca di sini sejarah kecelakaan Lion Air mungkin kita pantas mempertanyakan kelayakan terbang pesawat-pesawat Lion air. Coba di tengok beberapa insiden kecelakaan yang menimpa Lion air beberapa tahun silam. Ini membuktikan bahwa kesalahan mesin/pesawat tidak bisa di nafikkan walaupun pesawat ini baru saja di produksi. Kesalahan-kesalahan itu seharusnya lebih dilihat sebagai referensi oleh beberapa maskapai penerbangan Indonesia untuk membeli pesawat.

                Namun tetap saja mereka lebih mempercayai pabrikan pesawat luar negeri macam Boeing dan Airbush. Buktinya Lion air baru saja melakukan transaksi pembelian pesawat dengan nominal yang fantastis.  Mereka harus mengeluarkan US$ 20 miliar (Rp 194,1 triliun) untuk membeli 201 unit pesawat jet medium A320 dengan Airbus. Demikian juga merpati telah lama menggunakan MA-60 buatan Xi’an Aircraft International Company, peusahaan dirgantara asal China, yang akhirnya jatuh juga. Padahal mereka perlu menengok lagi pada bumi yang mereka injak sekarang. Bahwa negeri ini punya PT Dirgantara Indonesia ( dulu bernama IPTN ) yang terus memproduksi pesawat dengan kualitas mumpuni.

            Bagaimana dengan pesawat besar seperti Boeing dan Air Bush? Apakah Indonesia mampu memproduksinya sendiri? Mungkin pertanyaan itu bisa di jawab , Sonny Ibrahim sebagaimana telah di lansir detik Finance, Kmias (2803/2013) “ Siapa bilang kita tidak bisa buat pesawat seperti air bush dan boeing? Jawabannya sangat bisa. Tapi mau atau boleh kita buat? Siapa yang mau beli?” Jadi sebenarnya kalau merpati dan Lion Air mau memesan, PT DI sanggup memenuhinya

                Ini lah negara yang tidak percaya dengan kemampuan diri sendiri. Padahal di negara ini telah mampu memproduksi pesawat yang kualitasnya tidak pernah mengecewakan. Kepercayaan atas pesawat-pesawat Indonesia itu justru datang dari negara-negara lain yang telah memesan dan membeli pesawat atau helikopter itu dari Indonesia.

              Anda layak tahu pesawat-pesawat lokal apa saja yang telah mendunia dan mengambil hati para perusahaan penerbangan di dunia. Inilah pesawat pesawat tersebut :

                                                                              N-250  ( Gatot Kaca )


pesawat-pertama-iptn-indonesia
Pesawat ini telah terbang dan sangat berhasil mengundang decak kagum pengamat kedirgantaraan di seluruh dunia. Pesawat ini di masa silam juga pernah dipajang di Le Bourget, Perancis untuk mengikuti Paris Air Show. Ini mungkin awal ketenaran sekaligus bencana bagi pengembangan N-250. Karena perusahaan besar nan mapan pemroduksi pesawat sejenis seperti ATR 42 Prancis, Fokker F50 Belanda dan Dash 8 Kanada, akan terancam dengan keberadaan pesawat yang menggunakan fly by wire, teknologi pertama di kelasnya.

Seperti diketahui N250 adalah pesawat untuk penerbangan sipil yang dibangun oleh IPTN ( nama lama PT DI ) ini akhirnya kandas pada pertengahan tahun 1998 saat Indonesia diguncang krisis moneter dan oleh IMF diminta proyek ini dihentikan. Namun penilaian lain mengatakan penghentian proyek N-250 ini karena ada negara besar yang menilai N-250 bisa berdampak besar dan menguasai industri penerbangan di dunia sehingga mengganggu eksistensi mereka. Sekarang N-250 akan di kembangkan lagi oleh Ilham Habibie anak dari BJ Habibie, pendiri IPTN.

                              CN-235 ( Tetuko )

   
pesawat-yang-banyak-dibeli-luar-negeri
CN-235 adalah pesawat angkut jarak sedang dengan dua mesin turbo-prop dan berpenumpang 35. Pesawat ini dikembangkan bersama antara CASA di Spanyol dan IPTN, sebagai pesawat terbang regional dan angkut militer. Versi militer CN-235 termasuk patroli maritim, surveillance dan angkut pasukan yang.

Seperti pendahulunya, pesawat CN-235 diberi nama Tetuko, tokoh dalam cerita pewayangan. Pesawat ini diterbangkan pertama kali untuk tujuan komersil pada tanggal 1 Maret 1988. Pesawat ini termasuk yang paling laris manis di pasaran terutama yang versi militernya yaitu CN 235-MPA (Maritime Patrol Aircraft) .

Sebut saja Brunei, Arab saudi, Uni Emirat arab, Afrika selatan, Chili, Spanyol, Gabon, Papua nugini, Turki , ekuador, dan prancis telah melengkapi kendaraaan militernya dengan pesaawat ini. Bahkan Amerika, tempat di mana Boeing di produksi, ikut latah membeli pesawat ini sebagai pesawat penjaga pantai.

                                                              N-2130


pesawat-besar-pesaing-boeing-airbushN-2130 adalah tipe pesawat jet yang hendak dikembangkan PT Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) pada masa jaya perusahaan tersebut di pertengahan 1990-an. Pengembangan pesawat jet komuter dengan jumlah penumpang antara 80–130 orang itu mungkin terinspirasi pesawat yang dikembangkan perusahaan pesawat terbang Brasil,Embraer. Bedanya, Embraer sekarang ini menghasilkan pesawat Embraer Regional Jet (ERJ) yang banyak digunakan perusahaan penerbangan Amerika Serikat (AS), terutama untuk shuttle flight pada jalur-jalur padat Boston, New York, Washington DC, dan Miami.

Setali tiga uang dengan N-250, N-2130 ternyata hanya menjadi mimpi karena terkubur krisis moneter 1998. Sebagai rentetan krisis tersebut, pemerintah harus menghentikan bantuan kepada IPTN sebagai bagian kesepakatan dengan Dana Moneter Internasional (IMF).

Hari ini, lebih dari 15 tahun sejak krisis moneter, kita berada pada posisi yang jauh lebih baik dan siap untuk menghidupkan kembali proyek tersebut. Mungkin ini momen tepat untuk menghidupkan kembali pesawat ini yang sempat mati suri.

                                      NC-212


NC-212 adalah sebuah pesawat berukuran sedang bermesin turboprop yang dirancang dan diproduksi di Spanyol untuk kegunaan sipil dan militer. Pesawat jenis ini juga telah diproduksi di Indonesia di bawah lisensi oleh PT. Dirgantara Indonesia. Bahkan pada bulan Januari 2008, EADS CASA ( perusahaan pesawat-nya Spanyol ) memutuskan untuk memindahkan seluruh fasilitas produksi C-212 ke PT. Dirgantara Indonesia di Bandung. PT. Dirgantara Indonesia adalah satu-satunya perusahaan pesawat yang mempunyai lisensi untuk membuat pesawat jenis ini di luar pabrik pembuat utamanya di negeri Spanyol sana.
pesawat-digunakan-polairut

Pesawat Casa NC 212-200 dalam perkembangannya di modifikasi untuk tujuan pembuatan hujan buatan di titik titik tertentu yang membutuhkan hujan. Guna melengkapai fungsinya tersebut pesawat ini telah di lengkapi dengan teknologi canggih berupa Radar cuaca dan GPS.

                                   N-219

N 219-pesawat-kargo
Pesawat ini adalah pengembangan dari NC 212, N-219 adalah pesawat generasi baru, yang dirancang oleh Dirgantara Indonesia dengan multi guna. Pesawat ini bisa menjadi pesawat pengangkut juga bisa sebagai pesawat kargo. Tekonologi yang digunakan pun sudah modern. N-219 memiliki volume kabin terbesar di kelasnya di lengkapi dengan pintu fleksibel . N-219 melakukan uji terbang di laboratorium uji terowongan angin pada bulan Maret 2010.


Prospek N-219 sangat cerah, mengingat Indonesia adalah negara Kepulauan luas yang teritorinya di pisahkan oleh laut. Saat ini, penerbangan perintis di beberapa wilayah Nusantara seperti Papua masih menggunakan pesawat-pesawat produksi lama, seperti Twin Otter. Beberapa unit yang ada telah tidak layak pakai sehingga diperlukan pesawat yang lebih modern.Keberadaan pesawat ini kelak akan menggantikan pesawat perintis model lama tersebut.

Karenanya, sejak tahun 2006, PT Dirgantara Indonesia (PT DI) mengembangkan pesawat N219 berkapasitas 19 orang. Pesawat ini mampu mendarat di landasan yang pendek sehingga bisa diaplikasikan di wilayah terpencil dengan lahan terbatas, Pesawat ini juga dirancang bisa membawa bahan bakar tambahan, sehingga tidak usah sering-sering mendarat ditempat pengisian bahan bakar.

Agar tidak mengalami kegagalan seperti pesawat CN 250, pihak PT DI akan memproduksi pesawat berdasarkan order. "Kedepannya akan buat 25 unit dulu dan mengupayakan seluruhnya terjual dahulu. Pesawat ini juga ditargetkan bisa dipasarkan ke negara lain yang masih membutuhkan, misalnya negara-negara di Afrika.


Nah, hebat bukan negara anda bernama Indonesia ini?
Selain pesawat –pesawat di atas, PT DI Telah bekerja sama dengan beberapa negara untuk membuat pesawat. PT DI menggandeng negara-negara lain karena dengan tujuan bisa saling bertukar teknologi. Misalnya kerja sama PT DI dengan perusahaan korea dalam pembuatan pesawat tempur jenis T-50. ( wah, mungkin di masa datang kita tak perlu lagi membeli Sukhoi-nya Rusia dong )

Diluar pesawat PT DI telah berhasil membuat helikopter yang telah di beli oleh perusahaan asing maupun lokal. Yang lebih membanggakan lagi adalah ditandatanganinya kerja sama antara PT DI dan Air Bush perusahaan pesawat kapasitas besar Prancis dalam pembuatan pesawat dan berbagai macam komponen, baca di kerjasama PT DI dengan Air Bush

Karena itulah, seharusnya tak ada alasan lain untuk tidak percaya diri, untuk tidak mencintai produk-produk sendiri. Bahwa Indonesia sebenarnya mampu memproduksi pesawat dan kewajiban masyarakat Indonesia sendirilah untuk mendukungnya sekuat tenaga.

Bumi mahapatih, 150413
                

0 komentar :

Post a Comment

Please Comment Bellow, As:
@ Appreciation-Support
@ Criticism-Answers
@ Blog Walking- No Spam

Thank....