Wednesday 19 June 2013

Cara Cantik menghadapi kenaikan Harga BBM


Tahukah anda palu apa yang paling di benci oleh rakyat Indonesia? Jawabannya adalah palu pimpinan DPR yang dibuat mengetok keputusan menaikkan harga BBM di Indonesia kemarin malam. (Senin,17/06/13)

Sebenarnya saya setuju harga BBM naik, asalkan harga yang lainnya tetap. Kalau bisa gaji naik. Tapi itu tidak mungkin bukan?

Sudah bisa dibayangkan, keluhan dan cacian akan ramai di depan publik, baik ocehan di sosial media, obrolan seru kumpulan bapak-bapak RT atau riuh omelan ibu-ibu rumah tangga di pasar melihat harga-harga sembako membumbung.

Sudahlah...Jangan diributkan. Salah sendiri jadi rakyat nanggung. Kaya enggak, miskin enggak. Rakyat yang kaya, jangankan BBM, harga mobil naik berkali lipatpun terbeli. Nah, si miskin juga 'lumayan' senang nih. Dengar-dengar pemerintah akan ngasih 300 ribu ( atau cuma 150 ribu ya...? ) perbulan melalui program Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM). Sekali lagi apes sedang menimpa rakyat yang nanggung. Seperti mayoritas rakyat Indonesia, Seperti saya.

Pepatah bilang. Daripada sibuk mengutuk kegelapan, lebih baik segera menyalakan lilin. Saya yakin pemerintah tak akan menarik lagi keputusannya walau melihat kenyataan miris di lapangan. Terlalu mahal harganya untuk harga diri para wakil kita di dewan itu untuk menganulir keputusan mereka. Yang bisa di lakukan sekarang adalah menyiasati agar pengaruh kenaikan BBM itu tak terlalu berimbas kepada kita.

Ada beberapa hal yang bisa kita lakukan sebagai kompensasi imbas kenaikan harga BBM. Sebagian klise, sebagian lagi mengulang hal yang sudah ada, ( ceritanya gak ada yang baru nih…)he2. Yah... sekedar mengingatkan lah… Tapi intinya semua solusi itu ada pada perubahan gaya hidup kita. Seni merubah gaya hidup kita. Saya bilang seni, karena biasanya dengan seni semua jadi indah, pikiran jadi anti galau dan bawaannya rileks melulu. Saya bilang seni karena saya harap kita bereaksi terhadap kenaikan BBM ini dengan tenang dan kepala dingin, walau sebenarnya pahit rasanya.

Jadi mohon simak kembali siasat kita untuk menanggapi hidup di dunia bagian Indonesia yang (makin) sulit ini. Cekidot!


1. Back to bike 

bersepeda-saat-harga-bbm-naik
bersepeda, kebiasaan nenek moyang
Gerakan Bike to nature, Bike to work, car free day dan sebagainya perlu di galakkan sekali lagi dan lebih di massifkan. Alasan pemerintah menaikkan harga BBM adalah naiknya harga minyak dunia. Kenapa harga minyak dunia naik? Prinsip ekonomi mengatakan, jika pasokan barang berkurang, harga akan naik. Nah, denger-denger bahan bakar fosil ini jumlahnya sudah berkurang drastis di dunia sekarang ini, akibat penggunaan oleh manusia baik itu sebagai sumber energi dalam industri maupun penggunaan kendaraan bermesin.

Karena itu solusinya adalah mengurangi penggunaan kendaraan bermotor dan kembali ke kendaraan yang ramah lingkungan yaitu sepeda. Bayangkan saja di rumah anda hanya ada sepeda saja, tidak ada motor atau mobil. Bayangkan anda ada di jaman ayah ibu anda puluhan tahun yang lalu, di mana sepeda termasuk barang paling keren di jaman itu. Karena dengan itu anda akan termotivasi untuk menggunakan sepeda anda untuk mendukung aktifitas anda.

Gunakan sepeda anda untuk berangkat bekerja, pergi belanja, atau keperluan keseharian anda lainnya. Lagian anda akan dapat bonus dari kegiatan anda itu. Yaitu kesehatan. Kita jadi terhindar dari kegemukan karena kalori kita terbakar, paru-paru kita pun sehat karena jarang menghisap asap kendaraan bermotor dan lain-lain. 

2. Urban Farm

berkebun-rumah-produksi-sendiri
enaknya punya kebun sendiri di rumah
Keren bukan istilahnya? Tapi sebenarnya artinya tidak keren-keren amat sih. Cenderung nelangsa bahkan. Bagaimana tidak, dalam sistem ini kita di anjurkan untuk mulai menggarap pertanian perkotaan mandiri. Tahu sendiri lah bagaimana susahnya mencari lahan di perkotaan. Halaman rumah saja cuma bisa di buat parkir kendaraan doang. Kalau di desa sih, tidak masalah.

Nelangsanya dalam konsep ini kita di anjurkan untuk memanfaatkan sekecil apapun jengkal rumah kita untuk ditanami tumbuhan pangan semisal sayur-sayuran konsumsi, cabai, tomat terong dan lain-lain. Wadah dan media tanampun terhitung mengenaskan. Kita harus memanfaatkan timba rusak, kaleng biskuit, cirigen yang sudah tidak terpakai dan lain-lain untuk pot. Ini semua bertujuan agar kita dapat memproduksi bahan pangan sendiri dan menyikapi kenaikan harga-harga bahan pangan itu dipasaran akibat naiknya harga BBM.

Tapi kalau sudah sukses menjalankan Urban Farm ini, anda akan puas dan ingin meneruskan program ini lagi. Puncak kepuasan ini adalah saat merasakan betapa nikmatnya menyantap makanan dari hasil tanaman anda sendiri. Saya pernah merasakannya kurang lebih setahun lalu, jauh-jauh hari sebelum harga BBM naik. Karena kesibukan kerja, urban farm saya hanya berjalan sekali panen habis itu mandek. Namun kelihatannya akan saya lakukan lagi, mengingat ibu mertua saya (kenapa mertua, bukan istri? Cek di sini) belakangan sering mengeluh akibat harga-harga sayuran, tomat, bawang merah utamanya cabai dan bawang putih yang makin hari makin meroket. Hitung-hitung mengurangi beban beliau sebagai orang yang berjasa menghidangkan masakan bagi saya setiap hari.

Oya, mengenai pengalaman saya menjalani urban farm, kalau Allah menghendaki akan saya bahas dan share di lain artikel. Doakan ya....

3. Hemat Energi

hemat-energi-listrik-matikan-lampu
matikan lampu sekarang!
Saat pemerintah memutuskan menaikkan harga BBM, sebenarnya pemerintah sekaligus menyuruh kita berhemat tentang apapun yang kita punyai. Termasuk energi. Agar energi bisa di hemat dan PLN tidak menggunakan BBM lagi untuk menunjang operasionalnya. Bagaimana ceritanya? Alkisah PLN, penyedia listrik kita itu menggunakan generator pembangkit listriknya dari BBM. Ini berdasarkan pengakuan pak Dahlan Iskan sendiri pada waktu beliau menjabat dirut PLN. Alasannya adalah kebutuhan energi di negara kita utamanya kota-kota besar benar-benar mencengangkan. Karena itu beliau mengambil langkah tak populis itu demi memenuhi kebutuhan listrik. Menggunakan BBM untuk menyediakan energi agar kota-kota besar di Indonesia tidak gelap karena kekurangan pasokan listrik.

Pelajarannya adalah kalau kita menggunakan energi listrik lebih sedikit itu akan menghemat penggunaan BBM. Kalau sudah menghemat pastilah semua pihak senang. Anda akan mengurangi pengeluaran anda membayar listrik. Pemerintah akan punya cadangan BBM lebih banyak, dan bumi akan lebih sehat akibat berkurangnya emisi pengunaan alat-alat elektronik. Kalau bumi sudah sehat anda akan ketularan sehat bukan? Itu otomatis.

Ironisnya saat pemerintah sedang seru-serunya menganjurkan penghematan, kantor-kantor pemerintahan malah banyak yang tidak hemat. Lihat saja itu lampu-lampu perkantoran masih menyala di siang hari. AC masih ON, padahal ruang sudah tidak ada penghuninya. Tapi tak usah hiraukan yang tidak benar. Tetaplah bersikukuh pada pendirian anda untuk hemat energi, karena manfaatnya jauh lebih banyak dari pada kita sibuk mengkritik sesuatu yang kurang benar.

4. Back To Warung Kelontong

toko-kelontong-harga-murah-terjangkau
Toko kelontong, sudah semakin dilupakan
Ini bukan hanya khusus untuk ibu rumah tangga, tapi juga bapak rumah tangga. lo...kok bisa? Bisa dong...Siapa coba yang ngasih duit ibu rumah tangga berbelanja kalau tidak bapak rumah tangga? Tapi mari kita bicara hal yang lebih penting dari hal ini.

Ok. Sebagian dari kita menganggap sangat terbantu oleh adanya mini market, mall, plaza dan pusat perbelanjaan yang sekarang lagi menjamur dikota-kota besar maupun kecil. Belanja akan lebih praktis, lebih lengkap, dan lebih menyenangkan. Dari sisi itu memang betul, tapi dari sisi finansial, hal ini sebenarnya tidak baik. Kita akan cenderung berbelanja lebih banyak karena jenis barang banyak. Berbelanja lebih ngawur karena kita banyak berbelanja barang yang sebenarnya kita inginkan bukan kita butuhkan. Dan berbelanja lebih lama karena kondisi yang ideal dalam berbelanja terpenuhi. Alhasil cara berbelanja seperti ini sama sekali tidak sehat. Karena akan membuat kita terjerumus lebih dalam ke lubang keborosan.

Karena itu mari kita kembali ke toko kelontong. Selain lebih dekat rumah, kita tak perlu pakai kendaraan bermotor atau kendaraan umum. Cukup jalan kaki aktifitas yang menyehatkan. Lagian itu akan lebih menyehatkan kondisi keuangan kita. Kenapa, karena kita akan cenderung berbelanja sesuai dengan kebutuhan kita karena keterbatasan stok barang dan minimnya packaging dagangan sehingga kita tak tergoda berbelanja di luar kebutuhan kita. Kalau dilihat dari harga tidah usah lah di bandingkan, barang supermarket pasti lebih mahal harganya.

Oya, kalau anda ingin berbelanja lebih lengkap lagi selain di pusat perbelanjaan modern, anda bisa mengunjungi pasar-pasar tradisional yang harganya akan jauh lebih miring tentunya.



Itulah beberapa seni menghadapi kenaikan BBM tahun ini. Cara di atas sangat dianjurkan untuk di praktekkan. Tapi juga tidak dosa kalau tidak di praktekkan. Yah, namanya saja sharing gagasan. Kadang diterima kadang malah diketawain. Yang kita harapkan dari kenaikan BBM ini adalah, kita semakin pintar untuk menghadapi situasi sesulit apapun. Otak kita yang kadang agak pemalas ini mari kita gunakan untuk berfikir lebih keras agar “badai” kenaikan BBM ini tidak lantas membuat kita patah semangat untuk melanjutkan hidup yang lebih baik.

Salam....


Bumimahapatih, 180613

2 komentar :

Please Comment Bellow, As:
@ Appreciation-Support
@ Criticism-Answers
@ Blog Walking- No Spam

Thank....