Friday 14 June 2013

Kisah Polwan Muslimah benua Eropa dengan jilbabnya

Menjadi polisi bagi seorang wanita adalah pekerjaan unik, karena rata-rata wanita lebih ingin berkarir di bidang lain dari pada di dunia militer. Namun tak jarang profesi sebagai polisi justru menjadi keinginan atau cita-cita seseorang. Demikian juga wanita muslimah. Syah-syah saja jika mereka memutuskan ingin jadi polwan. Namun bagaimana jika keinginannya itu ternyata menghadapi ganjalan? 

Tak tanggung-tanggung ganjalannya termasuk dalam golongan kelas berat, karena sudah berbenturan dengan keharusan seseorang untuk menjalankan kewajibannya sebagai seorang muslimah? Bukankah ganjalan itu sangat menggalaukan? Satu sisi dia harus menjalankan kewajibannya sebagai seorang abdi negara, sisi yang lain ia tak mungkin meninggalkan perintah sebagai abdi Tuhan. 

Seperti kita tahu, setelah peristiwa 11 september beberapa tahun silam. terjadi alergi besar-besaran dunia terhadap segala sesuatu tentang Islam. Terutama belahan benua Eropa yang pemeluk Islamnya masih minor itu. Akibatnya pemeluk Islam merasakan ketidakadilan dalam peraturan negara dalam menjamin kebebasan menjalankan perintah agama. Yang paling mencolok adalah tentang larangan pemakaian jilbab di instansi-instansi kepemerintahan, pendidikan ekonomi dan lain sebagainya. Bahkan ada beberapa negara di Eropa sangat keras melarang penggunaan jilbab ini. 

Di intansi kepolisian pun diterapkan aturan serupa. Di mana saat bertugas, polisi muslimah tidak diperbolehkan mengenakan jilbab sama sekali. Namun larangan ini tak lantas menyurutkan langkah mereka untuk memperjuangkan haknya sebagai seorang polisi sekaligus haknya sebagai seorang hamba Allah yang taat. Perjuangan untuk mendapatkan hak itupun mulai dilakukan. Mereka berusaha berkampanye tentang pentingnya penggunaan jilbab bagi muslimah, menghadiri forum-forum ilmiah, berjuang melalui parlemen dan sebagainya. Puji Allah, akhirnya pemerintah setempat mau mengakomodasi keinginan mereka. 

Berikut ini Polwan-polwan hebat yang berhasil memperjuangkan haknya untuk memakai jilbab saat bertugas sehari-hari sebagai polisi. Semoga setelah mereka akan banyak lagi polwan muslimah yang mengikuti jejak mereka. Inilah polwan-polwan itu : 


Donna El Jamal, Polwan Swedia 

donna-eljamal-polwan-swedia-berjilbabWanita inilah pelopor penggunaan jilbab di institusi kepolisian di negara Swedia. Alhamdulillah-nya, tak ada satupun larangan dan kalimat cibiran mengalamat kepadanya tentang penampilan polisi-nya yang agak nyantri itu. Begitupun, ketika ia ada di lingkungan kerjanya, rata-rata temannya tidak mempermasalahkan penampilannya tersebut. 

Seperti ceritanya “Saya tumbuh di kota kecil,PiteĆ„, kami berada di antara keluarga imigran pertama di sana. Bahkan ketika saya bekerja di lapas (Lembaga Pemasyarakatan) aku adalah orang pertama yang mengenakan jilbab. Tapi tidak ada banyak komentar tentang jilbab ketika mereka harus tahu saya sebagai pribadi,” 

Ia mengungkapkan bahwa keinginannya untuk menjadi anggota polisi jauh sebelum dirinya mengenakan jilbab. “Sejak aku masih kecil. Saya ingin membantu orang lain sehingga dapat bergerak dan bukan hanya duduk di depan komputer,” tuturnya. 


Keltoum Hasnaoui, Polwan Norwegia 

keltoum-hesnouni-polwan-norwegia-berjilbabMungkin jika Keltoum Hasnaoui tidak berusaha memperjuangkan haknya sebagai anggota kepolisisan sekaligus muslimah, tak akan dijumpai lagi polisi wanita yang berjilbab di negara itu. Sukurlah setelah polisi muslimah berdarah Aljazair itu mengirimkan surat petisi kepada Menteri Hukum dan Keadilan Norwegia, tentang keinginannya untuk trus berjilbab saat menjalankan tugasnya, Keputusan negara itu untuk membolehkan polwannya mengenakan jilbab akhirnya menjadi nyata. 

"Kami pikir perlu untuk memberdayakan secara luas, dan mengembangkan kesatuan polisi yang mencerminkan seluruh kelas masyarakat, tanpa memperdulikan agama dan etnis. Ini lebih penting ketimbang menuntut seragam yang netral," ujar menteri hukum dan keadilan setempat "Sangat penting bagi seluruh elemen dalam masyarakat kami merasa sebanding dalam hubungannya dengan polisi," imbuh Menteri lagi.

Tentu saja, keputusan yang telah di tetapkan sejak tahun 2009 ini membuncahkan sukacita di kalangan muslimah negeri itu. Di harapkan penggunaan jilbab di kepolisian itu bisa menulari institusi yang lain untuk menerapkan aturan yang sama. Khusus untuk kepolisian, diharapakan kebijakan semacam ini akan menerbitkan keinginan muslimah di negara tersebut unutuk tak sungkan dan takut mendaftar sebagai anggota kepolisian. 


Jayne Kemp, Polwan Inggris 

jayne-camp-polwan-inggris-berjilbabKemp ( 29th ) bukanlah keturunan Timur tengah seperti dua polisi di atas. Dia asli lahir di bumi pangeran Charles ini, Namun sebuah kasus kepolisian telah mengantarkannya menjadi sorang muslimah. Yah,Jika Allah memberikan hidayah kepada hamba yang dikehendakiNya, tak seorang pun kuasa mencegahnya. Dan jalan hidayah Allah bisa melalui apa saja, termasuk hal yang tak diduga sebelumnya. 

Ceritanya bermula saat ia bertemu kasus kekerasan rumah tangga seorang wanita di Eccles, Salford. Ia berupaya membantu wanita yang datang ke kantornya itu. Wanita itu seorang muslimah, karena itu untuk mebantunya ia harus mengetahui solusi yang di tawarkan Islam untuk membantu wanita tersebut. Dari dasar itulah, Kemp mau tidak mau harus lebih intens bergaul dengan hal-hal berbau Islam, Ia mulai chatting dengan sahabat maya muslimnya, ia mulai memasuki komunitas-komunitas muslim dan buku-buku rujukan Islam menjadi kesehariannya. 

Lama-lama ia tertarik juga dengan konsep ajaran Islam yang luhur dan lengkap itu, Segala solusi kehidupan ada di sana. Saat itulah tak ada keinginan terdekatnya kecuali segera menjadi seorang muslimah. Dan Alhamdulillah semenjak April 2012 agama di KTP Kemp berubah menjadi Islam, dan Aminah menjadi nama islamnya sejak saat itu. Sebagai seorang muslimah ia wajib mengenakan jilbab. Terus bagaimana dengan pekerjaannya sehari-hari? Bukankah ia adalah seorang polwan? Puji Allah, tak ada yang keberatan tentang penampilan baru Kemp waktu itu. Banyak yang mendukungnya mengenakan jilbab saat bertugas sehari-hari sebagai seorang polwan. 


Kisah ketiga muslimah itu ternyata tidak se-menggembirakan saudara-saudaranya di belahan bumi lain. Seperti muslimah-muslimah di negara Hunggaria yang harus menelan pil pahit saat keputusannya membebaskan polisi wanita mengenakan jilbab, di cabut kembali oleh pemerintah setempat. Hal itu tentu membuat Muslimah di negara itu lebih bersabar dan terus berusaha untuk menjalanakan perintah agamanya dengan bebas. 

kimberly-webb-polwan-amerika-berjilbab
Webb, ia masih harus bersabar
Demikian pula di Amerika, Kimberly Webb contohnya, seorang anggota kepolisian yang sidang
bandingnya di tolak olah pengadilan setempat. Ia menuntut pembebasan mengenakan jilbab saat dinas di kepolisian namun itulah yang terjadi tuntutan muslimah berkulit hitam ini di tolak dengan alasan seorang anggota polisi harus menjaga "netralitas"nya dalam masalah agama. Kepolisian tempat Webb bekerja melarang polwan mengenakan simbol-simbol agama dan beralasan jika Webb di ijinkan mengenakan jilbab, akan menimbulkan "persoalan panjang" di departemen kepolisian. Meski begitu, perjuangan seluruh muslimah baik itu yang bekerja di departemen kepolisian atau tidak harus terus diperjuangkan. Karena kebebasan menjalankan agama masing-masing adalah hak setiap warga negara. Lalu,

Bagaimana dengan di negara kita Indonesia??? Silahkan di simak polri melarang berjilbab

UPDATE :
akhirnya Polri mengijinkan polwan untuk berjilbab. Sukur alhamdulillah. 

bumi mahapatih, 150613

0 komentar :

Post a Comment

Please Comment Bellow, As:
@ Appreciation-Support
@ Criticism-Answers
@ Blog Walking- No Spam

Thank....